1. HOME
  2. Kesehatan Wanita
  3. Kesehatan Reproduksi
  4. Fungsi Cairan Vagina dan Ovulasi

Cairan Vagina

Cairan Vagina Cairan Vagina

Cairan vagina adalah sebuah tolak ukur penting bagi pengeluaran hormon di tubuh seorang perempuan. Walaupun jumlah cairan vagina berbeda untuk setiap orang, kenaikan dan penurunannya secara berkala di siklus menstruasi merupakan indikator kesehatan.

Apakah cairan vagina itu?

Cairan vagina dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tubuh perempuan

Cairan vagina terdiri dari kombinasi antara lendir leher rahim serta cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar di vagina.

Cairan vagina memiliki fungsi perlindungan yang penting dengan cara menjaga agar vagina tetap lembab dan licin dan mencegah bakteri serta kuman-kuman lain untuk masuk ke dalam rahim. Ini adalah bagian dari mekanisme pembersihan diri oleh vagina.

Jumlah cairan vagina meningkat selama fase ovulatori

Jumlah cairan vagina yang dikeluarkan secara langsung dipengaruhi oleh tingkat hormon kewanitaan dan ia akan naik serta turun tergantung fase yang dialami saat menstruasi.

Secara umum, jumlah cairan vagina yang dikeluarkan akan meningkat setelah menstruasi selesai, terus hingga memuncak di dalam fase ovulatori, ketika cairan vagina menjadi jernih serta elastis, mirip seperti jelly.

Jumlah airan vagina yang dikeluarkan akan menurun setelah ovulasi, dan cairan tersebut akan menjadi lebih lengket dan warnanya menguning.

Perubahan pada cairan vagina tersebut menandakan adanya tingkat hormon yang sehat. Kamu mungkin terkadang menemukan darah di cairan vagina ketika fase ovulatori, namun ini biasanya bisa dijelaskan sebagai fenomena fisiologis yang disebut dengan pendarahan intermenstrual.

Jumlah cairan vagina amatlah bervariasi untuk setiap orang

Mengapa jumlah cairan vagina yang aku keluarkan sangat banyak? Mengapa cairan yang aku keluarkan amat bau? Tidak bisa membandingkan cairan vagina yang kamu keluarkan dengan yang orang lain keluarkan amatlah meresahkan. Namun, jumlah serta bau dari cairan vagina amatlah bervariasi untuk setiap orang. Sebagian orang akan merasakan cairan vagina yang keluar lebih banyak, bahkan hingga membasahi celana dalam mereka menjelang ovulasi. Ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan; ini tandanya bahwa kamu memiliki tingkat hormon kewanitaan yang wajar.

Di sisi lain, perempuan dengan jumlah cairan vagina sedikit bisa jadi memilki tingkat estrogen yang rendah. Walaupun demikian, ini juga bukanlah sesuatu yang perlu dicemaskan selama kamu masih menstruasi dengan teratur. Terkadang peradangan di vagina bisa menyebabkan perubahan di cairan vagina yang dikeluarkan karena peradangan tersebut akan mengurangi kekebalan tubuhmu. Jika hal ini terjadi, cobalah beristirahat dan jagalah kebersihan organ kewanitaanmu.

Jumlah cairan vagina yang dikeluarkan berubah tergantung usia perempuan

Vumlah cairan vagina yang dikeluarkan akan berubah tergantung tingkat hormon kewanitaan, yang juga dipengaruhi oleh usia. Sebagai tambahan, jumlah cairan vagina akan meningkat selama kehamilan yang disebabkan oleh peningkatan hormon estrogen.

Dari akil balig hingga remaja akhir

TJumlah cairan vagina yang dikeluarkan akan meningkat secara drastis di sekitar usia akil balig. Jumlahnya juga akan berbeda-beda yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon yang umum dirasakan perempuan di usia tersebut.

Dari usia duapuluhan hingga menopause

Tingkat hormon kewanitaan akan memuncak di sekitar usia duapuluhan dan tigapuluhan, yang setelahnya membuat cairan vagina yang dikeluarkan cenderung tidak berubah. Jumlahnya kemudian akan berkurang seiring dengan pengurangan produksi hormon kewanitaan.

Usia setelah menopause

Dua atau tiga tahun setelah mengalami menopause, perempuan akan mengalami pengeringan di vagina yang disebabkan oleh penurunan jumlah cairan vagina yang terjadi karena berhentinya produksi hormon estrogen.

Siklus Kewanitaan serta perubahan pada suhu tubuh basal dan cairan vagina

Hormon kewanitaan mempengaruhi siklus haid

Tubuh perempuan akan melalui perubahan berkala yang dipengaruhi oleh hormon kewanitaan. Inilah yang disebut dengan siklus menstruasi. Siklus ini sangat terikat dengan tingkat hormon estrogen serta progesteron yang diproduksi di dalam tubuhmu. Tingkat estrogen akan memuncak selama ovulasi, yang akan diikuti dengan peningkatan hormon progesteron. Tingkat kedua hormon ini akan menurun secara perlahan jika tidak ada kehamilan setelah ovulasi, lalu siklus menstruasi berikutnya akan dimulai dan proses tersebut akan diulang lagi.

Hormon kewanitaan mempengaruhi siklus haid

Fase folikuler (Fase proliferasi)

Selama fase ini, sebuah folikel mulai berkembang di dalam indung telur, yang disebabkan oleh sebuah hormon perangsang folikel yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Dinding rahim akan perlahan-lahan menebal seiring mendewasanya folikel dan dikeluarkannya estrogen.

Fase ovulatori

Sel telur akan keluar dari folikel ketika tingkat hormon perangsang folikel (follicle-stimulating hormone/FSH) dan luteinizing hormone (LH) mencapai puncaknya, yang merangsang folikel menjadi dewasa. Inilah yang disebut sebagai ovulasi. Sebagian perempuan merasakan sakit di perut bagian bawah di masa ini.

Fase Luteal (Fase sekretori)

Setelah ovulasi terjadi, folikel lalu berkembang menjadi corpus luteum yang akan mengeluarkan hormon progesteron. Ini akan menyebabkan dinding rahim untuk terus menebal dan membentuk semacam bantalan, untuk menyiapkan endometrium agar siap menampung sel telur yang sudah dibuahi untuk menempel padanya.

Fase menstruasi

Selama fase menstruasi, kehamilan terjadi ketika sel telur dari ovulasi sudah berhasil dibuahi oleh sperma dan menempel pada dinding rahim. Namun, corpus luteum akan mengecil hingga ia akan menghilang ketika kehamilan tidak terjadi, yang akan menyebabkan tingkat estrogen serta progesteron untuk menurun. Rahim kemudian akan meluruhkan dinding rahim yang tidak jadi digunakan lalu mengeluarkannya bersama darah. Proses peluruhan rahim yang disertai pendarahan ini lah yang disebut sebagai menstruasi.

Apa yang bisa kamu pelajari mengenai siklus menstruasimu dari cairan vagina

Perubahan di cairan vagina mengikuti sebuah pola dan siklus tertentu. Mungkin banyak dari kamu yang merasa ada peningkatan di jumlah cairan vagina yang dikeluarkan seiring semakin dekatnya kamu menuju hari ovulasi.

Mengenali pola perubahan pengeluaran cairan vagina akan membantumu untuk mengerti tentang siklus menstruasimu, yang akan membuatmu dapat memprediksi ketika kamu akan ovulasi atau kamu akan mulai menstruasi.

Segera setelah haid menuju fase folikuler (fase proliferasi)

Cairan vagina yang kamu keluarkan akan berubah warna menjadi coklat, yang jika dikombinasikan dengan darah yang sudah tua segera sesudah haid dimulai. Jumlah cairan vagina yang keluarkan akan menurun secara sementara dan menjadi lebih encer.

Fase ovulatori

Jumlah cairan vagina yang dikeluarkan akan meningkat paling banyak di fase ini. Kamu akan terus-menerus menghasilkan cairan vagina yang jernih dan elastis seperti jelly selama dua hingga tiga hari. Walaupun terkadang kamu mungkin menemukan darah bersama cairan vagina, seharusnya tidak akan terlalu berbau.

Fase luteal (Fase sekretori)

Jumlah cairan vagina yang kamu keluarkan akan menurun secara bertahap hingga cairan vagina akan berubah menjadi putih dan lengket seperti lem. Cairan ini akan berwarna sedikit kekuningan pada celana dalammu.

Sebelum menstruasi

Jumlah cairan vagina yang kamu keluarkan akan mulai meningkat lagi. Warna cairan tersebut putih, yang mungkin terlihat agak kekuningan pada celana dalammu. Baunya secara perlahan akan menjadi lebih kuat. Kamu mungkin akan menemukan bercak-bercak darah di lendir tersebut beberapa hari sebelum menstruasi dimulai.

You might be interested in the articles related to following keywords:

RECOMMEND

KALENDER

Bagi kamu yang ingin selalu bersinar sepanjang waktu , yuk ketahui siklus serta jadwal menstruasimu untuk bisa tetap nyaman menjalani hari!

CAMPAIGN